Setiap daerah dan suku mempunyai cara dan tradisi tersendiri menyambut dan menjalani bulan Ramadhan. Termasik di negri Jazirah arab yang memiliki tradisi unik tersendiri. Ada dentum meriam penanda buka puasa, memasang lentera fanoos, juga tradisi menjelang sahur yang dikenal sebagai Mesaharati.
Mesaharati adalah tradisi membangunkan warga untuk sahur. Populer sejak 1.400 tahun silam, tradisi ini ditandai dengan arak-arakan sejumlah pria. Menabuh gendang dan mengalunan lagu-lagu klasik khas Arab sembari meriakkan, “Ayo bangun sahur!”
Sembari berkeliling kampung, pria-pria itu juga akan mengetuk pintu-pintu rumah di sekitar tempat tinggalnya. Mereka tak akan menghentikan tabuhan gendang dan alunan lagu-lagu sampai pemilik rumah bangun.
“Di masa lalu orang hanya mengandalkan mesaharati untuk makan sahur, tapi kini memang sudah banyak yang mengandalkan radio, televisi, dan alarm jam,” kata Ibraheem Hashim, salah satu warga Arab Saudi berusia 86 tahun, seperti dikutip Arab News.
Walau mulai terkikis, tradisi turun-temurun ini masih hidup di tengah perkembangan teknologi. Bertahan bersama sejumlah tradisi lain seperti dentum meriam penanda buka puasa, dan pemasangan lentera fanoos di rumah-rumah.
Meriam yang dikenal dengan sebutan ‘Midfar Al Iftar’ atau ‘Meriam Iftar’ juga menjadi bagian tradisi kuno Ramadan di Jazirah Arab. Tak hanya menandai waktu berbuka, tapi juga waktu imsak atau dimulainya puasa.
Sedangkan tradisi memasang fanoos menjadi tradisi kuat menyambut Hari Raya Idul Fitri, layaknya pemasangan pohon terang saat Natal. Alat penerangan tradisional ini umumnya dibuat dari kaleng daur ulang atau plastik dengan warna-warna khas seperti emas, merah tua, tembaga, dan hijau mengilap.
0 komentar:
Posting Komentar